Senin, 27 Agustus 2012

Laporan Praktikum Sel Galvani


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 

Sel Galvani
20 April 2012


 

Disusun oleh:
MAR'ATUS SHOLEHAH LIDDINI
NIM: 1111016200028

 

Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
    NIM: 1111016200021
  2. Anisa Saida
    NIM: 1111016200018

     
    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
    JAKARTA
    2012

     

    JUDUL PERCOBAAN
    Sel Galvani

     

    TUJUAN PERCOBAAN
    Membuat jembatan garam dari berbagai macam bahan dan dicoba pada sel galvani serta mengamati voltasenya

     

    LANDASAN TEORI
        Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang menghasilkan arus listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta, dan energy bebas system kimianya berkurang; system itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan motor. Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap system kimia), dan energy bebas system kimia bertambah (Keenan:1980).
        Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan aliran electron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang direduksi (Keenan:1980).
        Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani (atau sel volta). Sel seperti ini mengubah energy kimia menjadi energy listrik yang dapat digunakan untuk melakukan kerja (Oxtoby:1999).
        Hubungan listrik antara dua setengah – sel harus dilakukan dengan cara tertentu. Kedua electrode logam dan larutannya harus berhubungan, dengan demikian lingkar arus yang sinambung terbentuk dan merupakan jalan agar partikel bermuatan mengalir. Secara sederhana electrode saling dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran electron (Petrucci:1985).
        Sel terdiri dari dua setengah – sel yang elektrodanya dihubungkan dengan kawat dan larutannya dengan jembatan garam. (Ujung jembatan garam disumbat dengan bahan berpori yang memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah aliran cairan dalam jumlah besar). Potensiometer mengukur perbedaan potensial antara dua electrode yaitu sebesar 0.463 Volt (V) (Petrucci:1985).
        Aliran listrik antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui larutan lain yang "menjembatani" kedua setengah – sel dan tak dapat dengan kawat biasa: hubungan ini disebut jembatan garam (= salt bridge) (Petrucci:1985).

     

     

     

     
    ALAT DAN BAHAN
    Alat
    Jumlah
    Bahan
    Jumlah
    Gelas Aqua
    2
    Batangan Zn
    1
    Kabel penghubung
    2
    Batangan Cu
    1
    Multitester
    1
    ZnSO4
    15 ml
    Pipet tetes
    1
    CuSO4
    15 ml
    Gelas ukur
    1
    NaCl
    Tabung – U
    1
    Agar-agar
    secukupnya
    Neraca analitik
    1
    Pepaya
    secukupnya
    Penthiliner
    1
    Bengkoang
    secukupnya
    Ampelas
    1
    Belimbing
    secukupnya
    Corong
    1
    Jeruk manis
    secukupnya
    Statif & klem
    1
    Mangga
    secukupnya
    Jeruk nipis
    secukupnya

     
    HASIL PENGAMATAN
  • Larutan ZnSO4 1M yang digunakan : 15 ml
  • Larutan CuSO4 1M yang digunakan : 15 ml
Tabel Data Pengamatan
Jembatan Garam
Voltase (V)
Agar-agar
0.26
Papaya
0.354
NaCl
0.337
Bengkoang
1.05
Jeruk
1.046
Belimbing
1.01
Mangga
1.036
Lemon
1.046

 
  • Voltase tertinggi yang terjadi dalam sel galvani, dihasilkan oleh jembatan garam yang digunakan dari buah-buahan
  • Voltase terendah yang terjadi dalam sel galvani, dihasilkan oleh jembatan garam yang digunakan dari agar-agar

 
PEMBAHASAN
    Sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani (atau sel volta). Sel seperti ini mengubah energy kimia menjadi energy listrik yang dapat digunakan untuk melakukan kerja (Oxtoby:1999).
    Apa yang menyebabkan arus mengalir dalam sebuah sel galvani? Pasti harus ada sebuah selisih potensial listrik (∆), antara dua titik dalam rangkaian yang menyebabkan electron mengalir, sama seperti selisih potensial gravitasi antara dua titik di permukaan bumi yang menyebabkan air mengalir ke bawah. Selisih potensial listrik ini, atau tegangan sel, dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut voltmeter yang diletakkan di rangkaian luar. Tegangan yang diukur dalam sel galvani tergantung pada magnitudo arus yang melalui sel dan tegangan jatuh jika arus terlalu besar (Oxtoby:1999).
    Terdapat beberapa metode yang memungkinkan difusi ion-ion. Suatu metode laboratorium yang lazim adalah dengan membenamkan lembaran Zn ke dalam suatu larutan garam Zn, seperti ZnSO4, dan membenamkan sepotong Cu ke dalam suatu larutan CuSO4. Larutan ZnSO4 dihubungkan dengan larutan CuSO4 oleh suatu jembatan garam, yang memungkinkan difusi ion-ion. Jembatan garam diisi dengan larutan suatu elektrolit yang tidak berubah secara kimia dalam prose situ (Keenan:1980).
    Berdasarkan percobaan di atas, jembatan garam yang digunkan dalam percobaan kali ini yaitu terbuat dari buah-buahan (papaya, bengkoang, jeruk, belimbing, mangga, dan lemon), agar-agar dan larutan NaCl. Semua bahan tersebut bersifat elektrolit, apabila digunakan dalam metode ini bahan-bahan tersebut tidak berubah secara kimia dalam proses tersebut.
    Elektroda Zn akan mengalami reaksi oksidasi, sedangkan electrode Cu akan mengalami reduksi. Electron mengalir dari atom Zn ke kawat penghantar, dan dengan terbentuknya ion-ion Zn2+ ini memasuki larutan dan berdifusi menjauhi lembaran Zn:                Zn      Zn2+ + 2e-
    Ion negative berdifusi lewat jembatan garam menuju ke electrode Zn. Electron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kawat penyambung dan menyebabkan electron-elektron pada ujung lain berkumpul pada permukaan electrode Cu. Electron-elektron ini bereaksi dengan ion Cu2+ untuk membentuk atom Cu yang melekat pada electrode itu sebagai suatu sepuhan Cu
                Cu2+ + 2e-      Cu
    Ion SO42- yang ditinggalkan oleh ion Cu2+ akan berdifusi menjauhi electrode Cu. Dari jembatn garam NaCl, ion Na+ akan berdifusi keluar menuju ke Cu. Jadi, sementara reaksi itu berjalan; terdapat gerakan keseluruhan dari ion negative menuju electrode Zn dan gerakan keseluruhan ion positif menuju electrode Cu. Jalan untuk aliran ion secara terarah lewat larutan ini dapat dibayangkan sebagai rangkaian dalam, dan jalan untuk aliran electron lewat kawat penghantar dibayangkan sebagai rangkaian luar (Keenan:1980).
    Mekanisme seperti di atas juga terjadi pada jembatan garam yang dibuat dari agar-agar dan buah-buahan (papaya, bengkoang, jeruk, belimbing, mangga, dan lemon). Berdasarkan data hasil pengamatan, jembatan garam yang dibuat dari buah-buahan dapat menghasilkan nilai voltase yang tinggi, hal ini berarti jembatan garam dari buah-buahan sangat baik untuk digunakan dalam proses seperti ini.
KESIMPULAN
  1. Buah-buahan merupakan jembatan garam yang paling baik untuk digunakan dalam percobaan kali ini. Hal ini dapat dilihat dari voltase yang dihasilkan.
  2. Agar-gar kurang baik untuk dapat digunakan sebagai jembatan garam, hal ini terbukti dari voltase yang dihasilkan.

 
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles W.1980.Ilmu Kimia untuk Universitas edisi keenam jilid 2.Jakarta: Erlangga
Oxtoby, David W.dkk.1999.Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1.jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph H.1985.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern edisi keempat jilid 3.Jakarta: Erlangga

Laporan Praktikum Sel Elektrolisis


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 

Sel Elektrolisis
14 April 2012

 

Disusun oleh:
MAR'ATUS SHOLEHAH LIDDINI
NIM: 1111016200028

 

 
Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
    NIM: 1111016200021
  2. Anisa Saida
    NIM: 1111016200018

     

     
    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
    JAKARTA
    2012
    JUDUL PERCOBAAN
    Sel Elektrolisis

     

    TUJUAN PERCOBAAN
    Mengamati elektrolisis ZnSO4 dan CuSO4 menggunakan elektroda Cu, Fe, dan Zn

     

    LANDASAN TEORI
        Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan mengkonversi energy listrik dan energy kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (reduksi-oksidasi) di mana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau di mana energy listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bias terjadi. Dalam reaksi redoks, electron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain (Chang:2005).
        Dalam tiap jenis sel, katoda adalah didefinisikan sebagai elektroda yang padanya terjadi reduksi, dan anoda adalah elektroda yang padanya terjadi oksidasi (R.A.Day,Jr dan A.L.Underwood:1980).
        Elektrolisis merupakan salah satu bagian dari elektrokimia. Elektrolisis ialah proses di mana energy listrik digunakan untuk mendorong agar reaksi redoks yang nonspontan bias terjadi. Hubungan kualitatif antara arus yang dipasok dan produk yang terbentuk dirumuskan oleh Faraday. Elektrolisis merupakan cara utama untuk memproduksi logam aktif serta nonlogam aktif dan banyak lagi bahan kimia yang penting di industry (Chang:2005).
        Electron yang mengalir dalam reaksi reduksi-oksidasi mengalir dari anode ke katode dalam rangkaian luar. Satuan pengukuran untuk banyaknya electron, laju aliran dan selisih potensial listrik yang mendorong arus ini masing-masing adalah coulomb, ampere dan volt (keenan:1980).

     
    ALAT DAN BAHAN
    No
    Alat
    Jumlah
    1
    Catu daya
    1
    2
    Kabel penghubung
    4
    3
    Gelas aqua
    2
    4
    Neraca o'hauss
    1
    5
    Pipet tetes
    1
    6
    Gelas ukur
    1
    7
    Ampelas
    1
    8
    Multitester
    1
    9
    Stopwatch
    1
    No
    Bahan
    Jumlah
    1
    CuSO4
    25 ml
    2
    ZnSO4
    25 ml
    3
    Batangan Fe
    1
    4
    Batangan Zn
    1
    5
    Batangan Cu
    1
    6
    Batangan C
    1

     

     
    HASIL PENGAMATAN
    Larutan
    ZnSO4
    ZnSO4
    Elektroda
    Zn
    Fe
    Cu
    C
    Massa awal
    2.5 g
    2.47 g
    0.51 g
    5.43 g
    Massa akhir
    2.37 g
    2.57 g
    0.56 g
    5.39 g

     
    Larutan
    CuSO4
    CuSO4
    Elektroda
    Cu
    Fe
    Zn
    C
    Massa awal
    0.61 g
    2.6 g
    2.43 g
    5.25 g
    Massa akhir
    0.72 g
    2.49 g
    2.32 g
    5.28 g

     
    PEMBAHASAN
        Dalam tiap jenis sel, katoda adalah didefinisikan sebagai elektroda yang padanya terjadi reduksi, dan anoda adalah elektroda yang padanya terjadi oksidasi. Electron yang mengalir dalam reaksi reduksi-oksidasi mengalir dari anoda ke katoda dlam rangkaian luar.
        Berdasarkan percobaan ke-1 yaitu elektroda Zn dan Fe dalam larutan ZnSO4. Dengan menggunakan deret volta, maka akan dapat ditentukan bahwa elektroda Zn akan mengalami oksidasi, sedangkan elektroda Fe akan mengalami reduksi. Setelah percobaan selesai, terdapat perbedaan massa awal dan akhir pada masing-masing elektroda. Berdasarkan data di atas, massa elektroda Zn berkurang. Hal ini disebabkan karena Zn akan mengalami oksidasi, sehingga menghasilkan ion Zn2+ di dalam larutan ZnSO4. Sebaliknya, massa elektroda Fe bertambah. Hal ini disebabkan karena ion Fe+ akan menangkap electron Zn yang akan membentuk Fe(s). Reaksinya adalah sebagai berikut:
        Zn(s) + Fe2+     Zn2+ + Fe(s)
    Reaksi Oksidasi : Zn(s)    Zn2+ + 2e-

    Reaksi Reduksi : Fe2+ + 2e-      Fe(s)

     

        Berdasarkan hasil pengamatan di atas, kedua elektroda tersebut mengalami perubahan warna. Hal ini disebabkan electron yang dihasilkan dari reaksi ini akan bertukar satu sama lain. Dengan kata lain Fe dapat menggantikan Zn dari senyawanya dan Zn dapat menggantikan Fe dari senyawanya.
        Berdasarkan percobaan ke-2 yaitu elektroda Cu dan C dalam larutan ZnSO4. Cu bertindak sebagai reduktor (mengalami oksidasi) dan C bertindak sebagai oksidator (mengalami reduksi). Setelah percobaan selesai, terdapat perbedaan massa awal dan akhir pada masing-masing elektroda. Berdasarkan data di atas, massa elektroda Cu bertambah dan massa elektroda C berkurang. Seharusnya massa elektroda Cu berkurang dikarenakan Cu bertindak sebagai reduktor, begitupula sebaliknya. Elektroda Cu akan teroksidasi membentuk ion Cu2+, sedangkan elektroda C karena merupakan elektroda inert maka yang tereduksi adalah air yang akan membentuk H2. Namun, pada percobaan kali ini, praktikan sepertinya melakukan kesalahan sehingga hasilnya menyimpang dari apa yang seharusnya. Reaksi yang terjadi:
    Reaksi Oksidasi    : Cu(s)            Cu2+ + 2e-
    Reaksi Reduksi    : 2H2O + 2e-         H2 + 2OH-    

     
        Berdasarkan percobaan ke-3, yaitu elektroda Cu dan Fe dalam larutan CuSO4. Elektroda Cu bertindak sebagai oksidator (mengalami reduksi) dan Fe bertindak sebagai reduktor (mengalami oksidasi). Setelah percobaan selesai, terdapat perbedaan antara massa awal dan akhir pada masing-masing elektroda. Berdasarkan data di atas, massa elektroda Cu bertambah. Hal ini disebabkan karena Cu akan mengalami reaksi reduksi. Massa elektroda Fe berkurang karena Fe mengalami reaksi oksidasi. Ketika Fe teroksidasi, Fe akan membentuk ion Fe2+ dan melepaskan 2e- di dalam larutan CuSO4, sedangkan Cu akan tereduksi dengan menangkap electron yang dilepaskan oleh Fe untuk membentuk Cu(s) sehingga Fe akan berkurang dan Cu akan bertambah. Reaksi yang terjadi:
    Reaksi Oksidasi    : Fe(s)            Fe2+ + 2e-
    Reaksi Reduksi    : Cu2+ + 2e-         Cu(s)
        
        Berdasarkan hasil pengamatan, elektroda Fe mengalami perubahan warna menjadi coklat. Hal ini disebabkan karena electron yang dihasilkan dari reaksi redoks ini akan bertukar satu sama lain. Dalam kasus ini, electron yang dilepas oleh Fe akan dilengkapi oleh electron dari Cu yang terdapat di dalam larutan CuSO4. Dengan kata lain Fe dapat menggantikan Cu dari senyawanya dan Cu dapat menggantikan Fe dari senyawanya.
        Berdasarkan percobaan ke-4, yaitu elektroda Zn dan C dalam larutan CuSO4. Zn akan bertindak sebagai reduktor (mengalami oksidasi) dan C bertindak sebagai oksidator (mengalami reduksi). Setelah percobaan selesai, terdapt perbedaan antara massa awal dan akhir pada masing-masing elektroda. Berdasarkan data di atas, massa elektroda Zn berkurang, hal ini dikarenakan Zn mengalami reaksi reduksi. Ketika Zn teroksidasi, Zn akan membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2e- , sedangkan C karena merupakan inert, maka yang akan tereduksi adalah air yang kemudian akan membentuk H2. Reaksi yang terjadi:
    Reaksi Oksidasi    : Zn(s)             Zn2+ + 2e-
    Reaksi Reduksi    : 2H2O + 2e-         H2 + 2OH-    
        Berdasarkan hasil pengamatan, elektroda Zn akan mengalami perubahan warna menjadi merah bata. Hal ini disebabkan karena Zn mau memberikan electron dan Cu juga mau memberikan electron untuk ion Zn (ion Cu2+ berasal dari larutan CuSO4 ), sehingga Zn dapat menggantikan Cu dari senyawanya dan Cu dapat menggantikan Zn dari senyawanya.

     
    KESIMPULAN
    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
    1. Pada elektrolisis terjadi reaksi redoks yang nonspontan
    2. Logam yang mengalami reaksi oksidasi memiliki massa yang lebih kecil dibandingkan dengan logam yang mengalami reaksi reduksi.
    3. Perubahan warna yang terjadi akibat dari kemampuan logam untuk menggantikan logam lain dari senyawanya.

     
    DAFTAR PUSTAKA
    Brady, James E.1998.Kimia Universitas asas & struktur edisi kelima jilid 1.Jakarta: Binarupa Aksara
    Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi ketiga jilid 2.Jakarta: Erlangga
    Keenan, Charles W dkk.1980.Ilmu kimia untuk Universitas edisi keenam jilid 2.Jakarta: Erlangga
    R.A.Day, Jr dan A.L.Underwood.1980.Analisa Kimia Kuantitatif edisi keempat.Jakarta: Erlangga

     

Jumat, 20 Juli 2012

Laporan Praktikum Laju Reaksi


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 

Laju Reaksi
7 April 2012

Disusun oleh:
MAR'ATUS SHOLEHAH LIDDINI
NIM: 1111016200028

 

Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
    NIM: 1111016200021
  2. Anisa Saida
    NIM: 1111016200018

     

     
    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
    JAKARTA
    2012

     

     
    JUDUL PERCOBAAN
    Laju reaksi.

     
    TUJUAN PERCOBAAN
    Mengamati factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

     
    LANDASAN TEORI
        Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (Oxtoby:2001).
        Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Satuan yang umum adalah mol/dm-3-i . Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dan dapat dinyatakan sebagai
    Laju = k f (C1, C2, …., Ci)
        Di mana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepaan, C1, C2, … adalah konsentrasi dari reaktan-reakan dan produk-produk (Dogra:1990).
        Laju reaksi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi (Chang:2005).
    Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:
  3. Konsentrasi
    Kecepatan reaksi bergantung pada banyak factor. Konsentrasi reaktan memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat rekasi tertentu. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
  4. Suhu
    Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehinga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori tumbukan, reaksi terjadi bila molekul bertumbukan dengan energy yang cukup besar, disebut energy aktivasi. Untuk memutus ikatan dan mengawali reaksi, konsatanta laju dan energy aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius.
    k = Ae-Ea/RT

     
    keterangan:        Ea    = energy aktivasi
                T    = suhu mutlak
                A    = frekuensi tumbukan

     
  5. Luas Permukaan
    Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan.
        Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
  6. Katalis
    Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalamn reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada.
    Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan (Oxtoby:2001).

     
    No
    Bahan
    Jumlah
    1
    HCl 0.5M, 1M, 2M, 3M
    @ 5 ml
    2
    Pita magnesium
    4 potong
    3
    Na2S2O3 0.1M
    25 ml
    4
    HCl 0.1M
    25 ml
    5
    HCl 2M
    5 ml
    6
    Batu pualam
    1 g
    7
    Bubuk batu pualam
    1 g
    8
    H2O2
    5 ml
    9
    NaCl 0.1M
    4 tetes
    10
    FeCl3 0.1M
    4 tetes
    ALAT DAN BAHAN
    No
    Alat
    Jumlah
    1
    Rak tabung reaksi
    1
    2
    Tabung reaksi
    6
    3
    Kertas
    1
    4
    Gelas beaker 100 ml
    1
    5
    Gelas beaker 50 ml
    1
    6
    Kawat kasa
    1
    7
    Kaki tiga
    1
    8
    Pembakar spiritus
    1
    9
    Statif
    1
    10
    Termometer alkohol
    1
    11
    Korek api
    1
    12
    Penjepit tabung reaksi
    1
    13
    Neraca o'hauss
    1
    14
    Kaca arloji
    1
    15
    Lumpang dan alu
    1
    16
    Pipet tetes
    1
    17
    Botol semprot
    1
    18
    Spatula
    1
    19
    Stopwatch
    1

     

     


     

    HASIL PENGAMATAN
  7. Mengamati pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
    No
    Reaksi
    Waktu
    Hasil Pengamatan
    1
    Pita Mg + HCl 0.5M 1 ml
    1 jam 59 menit
    • Terdapat gelembung gas
    • Sedikit gelembung
    2
    Pita Mg + HCl 1M 1 ml
    26 menit
    • Terdapat gelembung gas
    • Terasa hangat
    • Pita Mg tidak habis akan tetapi sudah tidak bereaksi lagi
    3
    Pita Mg + HCl 2M 1 ml
    26 menit 30 detik
    • Terdapat gelembung gas
    • Terasa sedikit panas
    4
    Pita Mg + HCl 3M 1 ml
    1 menit 1 detik
    • Terdapat gelembung-gelembung
    • Terasa panas

     
  8. Mengamati pengaruh suhu pada laju reaksi
    No
    HCl 0.1M
    Na2S2O3 0.1M
    T(0C)
    Waktu
    Hasil Pengamatan
    1
    25 ml
    25 ml
    30
    4 menit 8 detik
    Huruf X pada kertas makin lama makin memudar dan kemudian menghilang
    2
    25 ml
    25 ml
    40
    37 detik
    Larutan berwarna putih pudar
    3
    25 ml
    25 ml
    50
    27 detik
    Larutan berwarna putih susu
    4
    25 ml
    25 ml
    60
    24 detik
    Larutan berwarna putih susu pekat

     
  9. Mengamati pengaruh luas permukaan pada laju reaksi
    No
    Reaksi
    Waktu
    Hasil Pengamatan
    1
    5 ml HCl 2M + batu pualam
    12 menit 50 detik
    Berwarna coklat
    2
    5 ml HCl 2M + bubuk batu pualam
    2 menit 3 detik
    Berwarna keruh

     

    PEMBAHASAN
        Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaiman laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (Oxtoby:2001).
        Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu. Di mana seiring dengan berjalannya produk, konsentrasi reaktan akan berkurang sedangkan produk akan bertambah. Pada percobaan kali ini akan dibahas mengenai factor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi, diantaranya yaitu:
  10. Konsentrasi
    Kecepatan reaksi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi. Hal ini dikarenakan banyaknya partikel akan memungkinkan lebih banyak tumbukan. Pada percobaan kali ini, potongan pita Mg akan diberikan perlakuan yang berbeda (pemberian konsentrasi yang berbeda) yakni HCl 0.5M, 1M, 2M, dan 3M. berdasarkan percobaan di atas, dapat diamati bahwa laju reaksi pada pita Mg yang bereaksi dengan HCl 3M lebih cepat dibandingkan dengan pita Mg yang bereaksi dengan HCl 0.5M, 1M, dan 2M. Hal ini disebabkan karena pemberian konsentrasi yang besar akan menimbulkan banyaknya partikel yang bertumbukan, di mana tumbukan ini akan mempengaruhi mekanisme suatu reaksi. Semakin banyak partikel-partikel yang bertumbukan, maka laju reaksi akan semakin cepat.
  11. Suhu
    Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hal ini dapat dibuktikan juga berdasarkan rumus
    Ek = nKT
    Berdasarkan rumus di atas dapat diketahui bahwa energy kinetic berbanding lurus dengan suhu. Sehingga apabila suhu ditingkatkan, energy kinetic dari suatu partikel juga akan meningkat.
    Dalam percobaan kali ini, pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat dilihat dari reaksi antara Na2S2O3 dengan suhu yang berbeda dan HCl. Warna putih yang dihasilkan dari reaksi keduanya berasal dari sifat fisik Na2S2O3 yang berwarna putih. Di mana warna yang dihasilkan tersebut dapat membantu menentukan atau mencatat waktu yang dibutuhkan keduanya untuk dapat menutupi huruf X yang terletak di bawah gelas beaker. Berdasarkan percobaan di atas, terbukti bahwa Na2S2O3 dengan suhu 600C memiliki waktu yang lebih cepat untuk dapat bereaksi dengan HCl dibandingkan dengan Na2S2O3 bersuhu 300C, 400C, dan 500C.
  12. Luas Permukaan
    Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan.
    Berdasarkan percobaan di atas, bubuk batu pualam memiliki luas permukaan yang lebih luas daripada serpihan batu pualam. Semakin luas permukaan zat semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. Hal inilah yang menyebabkan bubuk batu pualam bereaksi lebih cepat dengan HCl 2M.
  13. Katalis
    Berdasarkan percobaan di atas, pemberian 4 tetes NaCl 0.1M pada 5 ml H2O2 menyebabkan warna H2O2 berubah, dari warna awalnya agak keruh menjadi lebih bening. Begitu juga terhadap pemberian 4 tetes FeCl3 0.1M pada 5 ml H2O2, warna H2O2 berubah menjadi kuning pucat.
    Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Namun, katalis ini sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Sehingga banyak upaya untuk menemukan katalisis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan.

     
    KESIMPULAN
    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
    1. Konsentrasi yang besar dapat mempercepat suatu reaksi
    2. Suhu yang tinggi dapat membuat suatu reaksi semakin cepat
    3. Luas permukaan dapat mempengaruhi laju dari suatu reaksi
    4. Pemberian katalis dapat mempercepat reaksi tanpa mengalami perubahan kimia yang permanen.

     
    DAFTAR PUSTAKA
    Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi ketiga jilid 2.Jakarta: Erlangga
    Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
    Oxtoby, dkk.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1.Jakarta: Erlangga
    Laju_reaksi_XI_KD_3_1_rev_16_09_20080.ppt        6/4/2012
    Pengertianlajureaksi_EtnaRufiati_10867.pdf            6/4/2012
    Kinetika_kimia_reaksi_elementer_normal_bab_1.pdf    6/4/2012