Senin, 25 Februari 2013


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 
Senyawa Organik dan Anorganik
1 Juni 2012

 

Disusun oleh:
Mar'atus Sholehah Liddini
NIM: 1111016200028

 
Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
NIM: 1111016200021
  1. Anisa Saida:
NIM: 1111016200018

 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

 

JUDUL PERCOBAAN
Senyawa organic dan anorganik

 
TUJUAN PERCOBAAN
Membedakan senyawa organic dan anorganik

 
LANDASAN TEORI
    Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organic adalah suatu senyawa yang unsure-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. Pada awalnya karbon ini secara tidak langsung menunjukkan hubungannya dengan system kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organic yang tidak mempunyai hubungan dengan system kehidupan. Hal ini terbukti pada abad ke-19, senyawa organic dapat dibuat dari sumber-sumber yang tidak ada kaitannya dengan system kehidupan. Sebagai contoh Fredric-Wohler pada tahun 1828 telah berhasil membuat urea (urea adalah senyawa organic dari makhluk hidup yang berasal dari urin) dengan jalan menguapkan garam ammonium sulfat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organic (Riswiyanto:2009).
    Istilah organic menyiratkan bahwa cabang ilmu kimia ini berkaitan dengan organism, atau makhluk hidup. Semula, kimia organic memang hanya berkenaan dengan zat-zat yang diperoleh dari makhluk hidup. Bertahun-tahun yang lalu, kimiawan menghabiskan banyak waktu untuk mengekstraksi, memurnikan, dan menganalisis zat dari hewan dan tumbuhan. Mereka termotivasi oleh keingintahuan alami tentang materi hidup dan juga oleh keingintahuan alami tantang materi hidup dan juga oleh keinginan untuk memperoleh bahan-bahan untuk obat, zat pewarna, dan produk berguna lainnya dari alam (Hart: 2003).
    Terdapat beberapa pendapat mengenai perbedaan antara senyawa organic dan anorganik, diantaranya mengatakan bahwa senyawa organic memiliki karbon sedangkan anorganik tidak. Namun, hal ini tidak tepat seratus persen benar. Lalu, adapula yang menjelaskan bahwa senyawa organic memiliki ikatan karbon-hidrogen, sedangkan anorganik tidak. Penjelasan ini sebagian besar benar sehingga alas an ini tepat untuk membedakan senyawa organic dan anorganik (Irwandi: 2012).
    Contoh dari senyawa organic atau molekul: asam nukelat, lemak, gula, protein, enzim, metana, dan beberapa bahan bakar. Sedangkan contoh dari senyawa anorganik: NaCl, logam , berlian, zat yang terbuat dari elemen tunggal dan senyawa lain yang tidak mengandung ikatan karbon-hidrogen (Irwandi: 2012).

 
ALAT DAN BAHAN
No
Alat
Jumlah
1
Elemen solder
1
2
Batang lidi
1
3
Gelas kimia 50ml
2
4
Pembakar spiritus
1
5
Spatula
1
6
Tabung reaksi
6
7
Magnet
2
8
Rak tabung reaksi
1
9
Konduktometer
1
10
Pipet tetes
1
11
Pipa kapiler
1
12
Lup
1
13
Statif & ring
1
14
Thermometer raksa
1
15
Kaki tiga & kawat kasa
1

 
No.
Bahan
Jumlah
1
HCl 3M
Secukupnya
2
NiCl2
Secukupnya
3
CuSO4
Secukupnya
4
ZnCl2
Secukupnya
5
MnO2
0,1g
6
SiO2
0,1g
7
NaCl
0,1g
8
Naftalen
0,1g
9
Air
10ml
10
Methanol
10ml
11
NH4OH 0,01M
20ml
12
NaCl 0,1M
20ml
13
NaOH 0,1M
20ml
14
Asam salisilat
2mm
15
Polivinil alcohol (PVA)
2mm
16
Minyak goreng
secukupnya

 
PEMBAHASAN
    Berikut ini adalah beberapa perbedaan dari susunan senyawa organic dan anorganik:
Senyawa Organik
Senyawa Anorganik
  1. Senyawa organic terdiri dari sedikit unsure saja C, H, O, N, S, P, dan halogen pada umumnya.
  2. Umumnya ditemukan di dalam benda hidup, seperti binatang dan tumbuhan.
  3. Biasanya berbentuk gas, larutan atau padatan yang mempunyai titik lebur rendah.
  4. Merupakan senyawa kovalen, umumnya tidak larut dalam air dan pelarut polar lain. Larut dalam pelarut non-polar.
  5. Umumnya mudah menguap dan tidak mudah terbakar
  6. Larutannaya tidak dapat menghantarkan listrik.
  1. Senyawa anorganik terdiri dari semua unsure yang telah diketahui.

 
  1. Umumnya diperoleh dari benda tak hidup, seperti mineral.
  2. Biasnya berupa padatan yang mempunyai titik lebur dan titikdidih tinggi.
  3. Merupakan senyawa elektrovalen, umumnya larut dalam air dan pelarut polar lain. Namun, tidak larut dalam pelarut non-polar.
  4. Umumnya tidak mudah menguap dan tidak mudah menyala.
  5. Larutannya merupakan penghantar listrik yang baik.
(Irwandi: 2012)
    Pada percobaan kali ini yaitu mengenai uji nyala dari senyawa NiCl2, CuSO4, ZnCl2. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, ketika NiCl2 dibakar, senyawa ini menghasilkan warna biru. Lalu ketika CuSO4 dibakar, akan menghasilkan api yang berwarna hijau dan ketika ZnCl2 dibakar menghasilkan api yang berwarna biru. Hal ini membuktikan bahwa senyawa tersebut mudah terbakar, dan berdasarkan data perbedaan senyawa organic dan anorganic di atas, senyawa-senyawa tersebut merupakan golongan senyawa anorganik. Pada percobaan kali ini, untuk menguji nyala api dari senyawa tersebut digunakan kawat nikrom yang berasal dari elemen solder yang diikat dengan sebatang lidi. Penggunaan alat ini untuk mempermudah praktikan dalam percobaan kali ini dan juga dikarenakan kawat tersebut tidak mudah terbakar. Sebelum dan setelah menggunakan alat ini disarankan untuk dibilas dengan HCl 3M agar alat ini tetap steril dari zat-zat yang masih tersisa atau menempel pada alat sehingga tidak menghambat percobaan.
    Pada percobaan berikutnya yaitu uji kelarutan dari bahan-bahan yang digunakan yaitu MnO2, SiO2, NaCl, dan Naftalen. MnO2 diperoleh dari bubuk baterai. Kemudian MnO2 dilarutkan dalam air dari methanol. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, MnO2 dalam air dan methanol tidak dapat larut sehingga senyawa ini dapat digolongkan sebagai senyawa organic. Senyawa organic hanya dapat larut dalam pelarut non-polar seperti eter, benzene, dan kloroform. Begitu pula dengan SiO2, SiO2 dalam air dan methanol tidak dapat larut sehingga senyawa ini juga dapat digolongkan sebagai senyawa organic. Karena senyawa-senyawa ini sudah dapat digolongkan sebagai senyawa organic (karena sukar larut), maka tidak perlu diuji konduktivitasnya, karena berdasarkan teori di atas, senyawa organic tidak dapat menghantarkan listrik.
    Selanjutnya, msih dalam percobaan yang sama. Senyawa NaCl dilarutkan dalam pelarut air dan methanol. Senyawa NaCl di dalam pelarut air dapat larut, sedangkan di dalam pelarut polar (methanol) tidak dapat larut. Hal ini membuktikan bahwa senyawa ini merupakan senyawa anorganik. Oleh karena itu dapat dilakukan uji konduktivitas. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, konduktivitas NaCl yaitu 12,36 µs. Lalu, dapat juga kita uji sifat magnetiknya, dan berdasarkan hasil pengamatan di atas, senyawa ini memiliki sifat magnetic pula. Jadi, selain dapat menghantarkan listrik, senyawa ini juga bersifat magnetic.
    Selanjutnya, masih dalam percobaan yang sama pula. Senyawa dari naftalen dilarutkan dalam pelarut air dan methanol. Naftalen dalam pelarut air tidak dapat larut, sedangkan dalam pelarut polar (methanol) dapat larut. Berdasarkan dasar teori di atas, naftalen dapat digolongkan sebagai senyawa anorganik. Lalu, praktikan melakukan uji konduktivitas pada naftalen, berdasarkan hasil pengamatan di atas, nilai konduktivitas naftalen aitu 3,24µs. Ini berarti bahwa larutan naftalen dapat menghantarkan listrik. Kemudian praktikan melakukan uji magnetic, berdasarkan hasil pengamatan di atas, larutan ini tidak memiliki sifat magnetic.
    Pada percobaan berikutnya yaitu uji konduktivitas pada larutan NH4OH 0,01M, NaOH 0,1M dan NaCl 0,1M. berdasarkan hasil pengamatan di atas, konduktivitas NH4OH 0,1M yaitu 90,8µs, larutan NaOH 0,1M yaitu 79,1µs, dan NaCl 0,1M yaitu 0,39µs. Hal ini berarti larutan NH4OH merupakan penghantar listrik yang lebih baik dibandingkan dengan NaOH 0,1M dan NaCl 0,1M. perbedaan nilai konduktivitas NaCl 0,1M dengan NaCl pada larutan sebelumnya disebabkan karena perbedaan nilai Molaritas dari masing-masing larutan. Karena dapat menghantarkan listrik, larutan tersebut merupakan senyawa anorganik.
    Percobaan selanjutnya yaitu uji titik lebur. Pada percobaan kali ini digunakan senyawa organic dikarenakan senyawa organic memiliki titik lebur yang lebih rendah dibandingkan dengan senyawa anorganik. Pada percobaan kali ini digunakan Asam Salisilat dan Polivinil Alkohol (PVA) sebagai bahan-bahannya. Pada percobaan kali ini digunakan penangas yang didalamnya menggunakan minyak goring, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pemanasan karena titik didih minyak goring lebih tinggi daripada air. Percobaan kali ini juga menggunakan thermometer raksa karena titik lebur dari bahan-bahan tersebut >1000C. Pipa kapiler digunakan sebagai wadah untuk zat yang digunakan. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, titik lebur dari asam salisilat yaitu 1500C. Dalam percobaan titik lebur Polovinil Alkohol (PVA), praktikan tidak dapat menentukan dengan pasti nilainya dikarenakan terlalu lama waktu yang dibutuhkan zat ini untuk meleleh. Karena pada saat suhu menunjukkan pada angka 1000C dan 1500C, zat ini belum meleleh juga, sehingga percobaan pun dihentikan, dan praktikan hanya dapat memperkirakan bahw titik lebur dari Polivinil Alkohol (PVA) >2000C.

 
KESIMPULAN
    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
  1. Senyawa NiCl2, CuSO4, dan ZnCl2 merupakan golongan senyawa anorganik karena senyawa tersebut mudah terbakar.
  2. Senyawa MnO2 dan SiO2 merupakan senyawa organic karena tidak dapat larut dalam pelarut air maupun pelarut polar (methanol).
  3. Senyawa NaCl merupakan senyawa anorganik karena dapat larut dalam air dan dapat menghantarkan listrik.
  4. Naftalen juga merupakan senyawa anorganik karena dapat larut dalam pelarut polar (methanol).
  5. Larutan NH4OH 0,01M, NaOH 0,1, dan NaCl 0,1M merupakan senyawa anorganik karena dapat menghantarkan listrik.
  6. Asam salisilat dan Plovinil Alkohol (PVA) merupakan senyawa organic karena memiliki titik lebur lebih rendah dibandingkan dengan senyawa anorganik.

 

 

 
DAFTAR PUSTAKA
Hart, dkk.2003.Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat edisi kesebelas.Jakarta:Erlangga
Irwandi, Dedi.2012.Experiment's book of General Chemistry II.Jakarta:P.IPA-FITK Press
Riswiyanto.2009.Kimia Organik.Jakarta:Erlangga

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2
"Senyawa Kompleks"
12 Mei 2012

Disusun oleh:
Mar'atus Sholehah Liddini
NIM: 1111016200028

 
Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan (1111016200021)
  2. Anisa Saida (1111016200018)

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

 
JUDUL PERCOBAAN
Senyawa kompleks

 
TUJUAN PERCOBAAN
Membuat garam Mohr (NH4)2Fe(SO4)2

 
LANDASAN TEORI
Senyawa koordinasi adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih ion kompleks dengan sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau ion logam pusat, biasanya dari keluarga logam transisi. Istilah lain menyatakan bahwa senyawa koordinasi ialah dua zat yang lebih sederhana bergabung atau berkoordinasi menjadi senyawa yang lebih kompleks. Gugus yang terikat pada ion logam pusat disebut ligan, dan gabungan ion pusat dengan ligan yang terikat adalah suatu ion kompleks.
Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat menyumbangkan sepasang electron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa Lewis dan ion logam adalah asam Lewis.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur pada 15350C. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida dan sulfide dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi. Di mana akan dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.
Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat digambarkan sebagai M2Fe(SO4)6H2O, dimana M merupakan symbol dari logam-logam seperti K, Rb, Cs dan NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam dengan anion yang sama atau identik yaitu M2SO4FeSO4.6H2O.
Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, yang dibuat dengan jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan garam Mohr .
Salah satu cirri penting dari logam transisi ialah kemampuannya membentuk kompleks dengan molekul kecil dan ion. Contohnya, padatan tembaga (II) sulfat dibuat dengan mereaksikan tembaga dan asam sulfat pekat-panas ("minyak vitriol"). Nama lazimya, "vitriol biru", menyatakan asalnya dan warnanya yang merupakan sifatnya yang paling mudah dilihat. Vitriol biru memiliki rumus kimia [Cu(H2O)4]SO4.H2O.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 


 


 

    

 

ALAT DAN BAHAN

 
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu:

 
No.
Alat
Jumlah
1Neraca O'hauss
1
2Kaca arloji
1
3Gelas beaker 250 ml
1
4Kaki tiga
1
5Pembakar spiritus
1
6Gelas ukur
1
7Pipet tetes
1
8Indikator universal
1
9Statif & ring
1
10Corong
1
11Cawan porselen
1
12Oven
1
13Gelas ukur
1
14Kertas saring
1

 
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:

 
No.
Bahan
Jumlah
1Bahan yang mengandung logam Fe
3,5 g
2H2SO4 10%
150 ml
3NH3
4CuSO4.5H2O Kristal
Secukupnya
5CuSO4 0,25M
3 ml
6NaOH 2M
2 ml
7HCl 1M
4 ml
8NH4Cl
2 ml

 
PEMBAHASAN
Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida dan sulfide dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi. Di mana akan dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.
Pada percobaan kali ini, besi yang mengandug zat-zat pencemar tersebut dilarutkan ke dalam larutan asam sulfat (H2SO4) encer dengan cara dipanaskan. Ketika dipanaskan, campuran tersebut akan menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Fe(s) + H2SO4         FeSO4 + H2(g)

 
Pada percobaan kali ini reaksi antara Fe dan H2SO4 merupakan larutan A, lalu untuk larutan B, berdasarkan percobaan di atas akan mereaksikan H2SO4 10% dengan NH3 sampai pH dari campuran tersebut bersifat netral. Reaksinya adalah sebagai berikut:
H2SO4 + NH3         (NH4)2SO4 + H2(g)    

 
Reaksi tersebut merupakan larutan B.
Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat digambarkan sebagai M2Fe(SO4).6H2O, di mana M merupakan symbol dari logam-logam seperti K, Rb, Cs dan NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam dengan anion yang sama atau identik yaitu M2SO4FeSO4.6H2O.
Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, yang dibuat dengan jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan garam Mohr. Garam Mohr terbuat dari campuran dua garam sulfat besi (II) dan ammonia dengan rumus molekul (NH4)2FeSO4.6H2O atau (NH4)2(SO4)2.6H2O. Ketika larutan A dan B dicampurkan, maka akan terbentuk garam Mohr. Hal ini sesuai dengan teori di atas. Seharusnya ketika larutan tersebut telah dicampurkan, lalu didiamkan, akan terbentuk kristal yang berwarna biru kehijauan, namun hal tersebut tidak terjadi pada percobaan kali ini. Kemudian, untuk memperoleh kristal dari garam Mohr, praktikan mengambil sampel sebanyak 5 ml dari larutan tersebut lallu dipanaskan hingga terbentuk kristal.
Salah satu cirri penting dari logam transisi ialah kemampuannya membentuk kompleks dengan molekul kecil dan ion. Contohnya, padatan tembaga (II) sulfat dibuat dengan mereaksikan tembaga dan asam sulfat pekat-panas ("minyak vitriol"). Nama lazimnya, "vitriol biru", menyatakan asalnya dan warnanya yang merupakan sifatnya yang paling mudah dilihat. Akan tetapi, senyawa ini tidak sekadar tembaga dan sulfat, tetapi juga air. Air dalam vitriol biru sangat penting, sebab bila air ini dikeluarkan dengan pemberian panas yang tinggi, warna birunya hilang, berganti menjadi tembaga (II) sulfat anhidrat berwarrna putih kehijauan. Hal inilah yang terjadi ketika kristal CuSO4.5H2O dipanaskan dengan suhu yang tinggi di dalam oven. Warna kristal berubah sesuai dengan teori di atas. Warna biru dari vitriol biru berasal dari kompleks koordinasi yang molekul H2O-nya berikatan langsung dengan ion Cu2+ membentuk ion komposit dengan rumus [Cu(H2O)4]2+. Sebagai asam Lewis, ion Cu2+ mengkoordinasi empat molekul air menjadi satu kelompok dengan menerima kerapatan electron masing-masing dari pasangan electron menyendirinya. Dengan bertindak sebagai donor pasangan electron dan berbagi kerapatan electron dengan ion Cu2+, keempat molekul air, yang dalam interaksi ini disebut ligan, masuk ke dalam lengkung koordinasi ion tersebut. Vitriol biru memiliki rumus kimia [Cu(H2O)4SO4.H2O.
Ketika dipanaskan, tembaga (II) sulfat terhidrasi, CuSO4.5H2O akan kehilangan hidratnya. Jadi, pemanasan vitriol biru memutuskan ikatan Cu-H2O pada suhu di bawah yang diperlukan untuk memutuskan ikatan kovalen dalam golongan SO42-. Hal ini dapat dibuktikan dengan percobaan yang telah dilakukan, warna awal kristal sebelum dipanaskan yakni biru muda dengan massa awal kristal 0,12 g, lalu setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi putih dengan massanya 0,075 g. selisih antara massa awal dengan massa akhir yakni 0,045 g, hal ini memungkinkan bahwa kristal CuSO4.5H2O kehilangan hidratnya sebanyak 0,045 g. tembaga (II) sulfat terhidrasi, CuSO4.5H2O akan berubah menjadi senyawa anhidratnya, CuSO4.
Pada percobaan terakhir, perbedaan pemberianligan pada larutan CuSO4 0,25M mempengaruhi warna akhir dari larutan yang berada pada masing-masing tabung. Pada tabung pertama, ligan yang terdapat pada senyawa tersebut yaitu hidrokso (OH-) yang berasal dari NaOH. Warna larutan berubah menjadi agak keruh dari warna asalnya. Lalu, pada tabung kedua terdapat ligan kloro (Cl-) yang berasal dari HCl. Warna larutan berubah menjadi biru muda pudar dari warna asalnya. Pada tabung ketiga, ligan yang terdapat pada senyawa tersebut yaitu Cl-, H2O, dan NH3 yang masing-masing berasal dari larutan HCl, H2O, dan NH4Cl. Warna larutan berubah menjadi biru muda jernih dari warna asalnya. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ligan yang berbeda pada larutan yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda pula.

 
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
  1. Garam Mohr merupakan gabungan dua garam dengan anion yang sama atau identik, pada percobaan ini yaitu (NH4)2FeSO4.6H2O.
  2. Senyawa CuSO4.5H2O dapat diubah menjadi CuSO4 anhidrat dengan cara pemberian panas yang tinggi untuk menghilangkan hidratnya.

 
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond.2003.Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti jilid 2 edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Irwandi, Dedi.2012.Experiment's book of general chemistry II.Jakarta: P.IPA-FITK press
Oxtoby, David W, dkk.1999.Prinsip-Prinsip Kimia Modern jilid 2 edisi keempat.Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph h.1985.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern jilid 3 edisi keempat.Jakarta: Erlangga

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 
Pengenalan Biokimia
26 Mei 2012

 


 

 
Disusun oleh:
MAR'ATUS SHOLEHAH LIDDINI
NIM: 1111016200028


Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
    NIM: 1111016200021
  1. Anisa Saida
    NIM: 1111016200018

     

     
    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
    JAKARTA
    2012

     

    JUDUL PERCOBAAN
    Pengenalan biokimia

     
    TUJUAN PERCOBAAN
    1. Mengetahui karakteristik pati
    2. Mengetahui kandungan karbohidrat pada makanan
    3. Mengetahui kandungan protein pada makanan
    4. Mengetahui kandungan vitamin pada makanan

     
    LANDASAN TEORI
        Biokimia adalah ilmu yang berhubungan dengan berbagai molekul di dalam sel atau organism hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. Definisi lain mengatakan bahwa biokimia adalah kimia dari bahan-bahan dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup; sebagai upaya untuk memahami proses kehidupan dari sisi kimia.
        Seperti yang terdapat dalam definisi dari biokimia, ruang lingkup biokimia di antaranya yaitu protein, karbohidrat, dan vitamin. Di bawah ini akan diuraikan mengenai karakteristik dari molekul-molekul tersebut:
    1. Protein
      Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel, menyusun lebih dari setengah berat kering. Protein terdiri dari rantai polipeptida panjang, yang disusun oleh 100 sampai 1000 unit asam amino yang disatukan oleh ikatan peptide. Protein sederhana hanya menghasilkan asam amino dengan hidrolisis; protein konjugasi mengandung beberapa komponen tambahan lain, suatu ion logam atau gugus prostetik organic (Lehninger:1982).
      Konsumsi protein diperlukan sebagai sumber N untuk tubuh dalam pembentukan zat-zat yang mengandung N (nitrogenous) dan sebagai sumber asam amino esensial yang tidak dapat dibentuk dalam tubuh atau hanya dalam jumlah kecil untuk mensuplai kebutuhan sehari-hari. Sejumlah asam amino dalam tubuh digunakan untuk pembentukan protein dan berada dalam tubuh dengan bentuk polipeptida dan protein yang lebih besar (Linder:1992).
    2. Karbohidrat
      Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empiric (CH2O)n. Karbohidrat digolongkan sebagai monosakarida atau gula (satu unit aldehida atau keton); oligosakarida (beberapa unit monosakarida); dan polisakarida, molekul besar linear atau bercabang yang mengandung banyak unit monosakarida. Karbohidrat dalam bentuk gula dan pati melambangkan bagian utama kalori total yang dikonsumsi manusia dan bagi kebanyakan kehidupan hewan, seperti juga bagi berbagai mikroorganisme. Pati dan glikogen berperan sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan sebagai unsure structural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman, dan pada jaringan pengikat dan dinding sel organisme hewan. Karbohidrat lain berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat diantara sel, dan senyawa pemberi spesifitas biologi pada permukaan sel hewan (Lehninger:1992).
    3. Vitamin
      Vitamin adalah bahan organic kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit pada makanan (relative terhadap zat makanan lainnya kecuali mineral mikro). Vitamin-vitamin tersebut esensial dalam arti tidak dapat disintesis oleh jaringan tubuh manusia semuanya atau dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam kondisi normal (Linder: 1992).
      Vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama kita sebut metabolism. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat pada konsentrasi yang rendah di dalam jaringan (Lehninger: 1982).
      Penemuan vitamin dan nilai penyelamat kehidupannya di dalam melindungi dan menyembuhkan penyakit kekurangan nutrisi adalah salah satu sumbangan terpenting dari biokimia terhadap dunia kedokteran dan kesejahteraan manusia (Linder:1992).

       

       

       

       

       

       

       
    ALAT DAN BAHAN
    No
    Alat
    Jumlah
    1
    Lumpang & alu
    1
    2
    Pipet tetes
    1
    3
    Pelat tetes
    1
    4
    Tabung reaksi
    6
    5
    Rak tabung reaksi
    1
    6
    Penjepit tabung reaksi
    1
    7
    Spatula
    1
    8
    Panci
    1
    9
    Kompor listrik
    1
    10
    Kertas lakmus
    1
    11
    Gelas ukur 10ml
    1

     
    No
    Bahan
    Jumlah
    1
    Kentang
    Secukupnya
    2
    Roti
    Secukupnya
    3
    Reagen benedict
    3,5ml
    4
    Susu
    secukupnya
    5
    Putih telur
    Secukupnya
    6
    NaOH 10%
    5ml
    7
    CuSO4 0,5%
    6 tetes
    8
    Nasi rendaman lama
    Secukupnya
    9
    Nasi rendaman baru
    Secukupnya
    10
    CuSO4 2%
    6 tetes
    11
    NaOH 3N
    1ml
    12
    FeCl3 1%
    6 tetes
    13
    Larutan pati
    25ml
    14
    Iodine cair
    30 tetes
    15
    HCl 32%
    5 tetes
    16
    Na2S2O3
    5 tetes

     

     

    PEMBAHASAN
    Uji Karbohidrat
        Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan di atas, pemberian reagen benedict pada kentang dan roti menghasilkan perubahan yang berbeda. Ketika kentang yang telah dihaluskan diberikan beberapa tetes reagen benedict, terjadi perubahan warna pada kentang yakni menjadi hijau kebiru-biruan sedangkan yang terjadi pada roti, perubahan warna yang terjadi yaitu biru muda.
        Uji benedict digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi. Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas, dengan membentuk kupro oksida berwarna. Larutan benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat, natrium sitrat. Uji benedict dilakukan pada suasana basa yang menyebabkan terjadinya transformasi isomeric. Pada suasana basa, reduksi ion Cu2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan merah bata. Pereaksi benedict terdiri dari logam Cu dan larutan basa kuat.
        Seperti yang kita ketahui, kentang dan roti merupakan makanan yang mengandung karbohidrat yang tinggi selain nasi. Berdasarkan pernyataan di atas, penggunaan reagen benedict yaitu untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi. Seharusnya ketika suatu makanan yang mengandung karbohidrat diuji dengan benedict akan menghasilkan perubahan warna menjadi merah bata, namun yang terjadi pada kentang dan roti tidak demikian. Hal ini memungkinkan bahwa kentang dan roti tidak banyak mengandung gula. Berdasarkan landasan teori pula bahwa karbohidrat digolongkan sebagai monosakarida atau gula (satu unit aldehida atau keton); oligosakarida (beberapa unit monosakarida); dan polisakarida, molekul besar linear atau bercabang yang mengandung banyak unit monosakarida.
    Uji Protein
        Uji biuret baik digunakan untuk uji ummum terhadap protein, karena ujji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptide. Uji biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+ dan ikatan peptide dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan adanya protein (Bintang:2010).
        Berdasarkan percobaan dan hasil pengamatan di atas, ketika susu dan putih telur diberi perlakuan yang sama yaitu dengan menambahkan 2ml NaOH 10%, terjadi perubahan dari warna awal masing-masing (putih telur & susu) yakni menjadi violet dan ungu. Hal ini membuktikan bahwa susu dan putih telur positif mengandung protein.
        Intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukuran jumlah ikatan peptide yang ada dalam protein. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa semakin pekat warna yang dihasilkan maka akan semakin banyak pula jumlah dari ikatan peptide yang ada dalam protein.
    Uji Vitamin B
        Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan di atas, praktikan melakukan perbandingan kandungan vitamin B yang terdapat pada nasi yang direndam semalaman dan nasi yang baru direndam. Hasil yang didapat juga berbeda, namun keduanya positif mengandung vitamin B. Pada sampel nasi yang direndam semalaman ketika direaksikan dengan FeCl3 1% berubah warna menjadi kuning bukan jingga, hal ini memungkinkan bahwa kandungan vitamin B yang terdapat pada nasi yang direndam semalamantelah berkurang. Hal ini bertolak belakang dengan sampel yang menggunakan nasi yang baru direndam.
    Uji Karakterisitik Pati
        Larutan pati akan bereaksi dengan iod membentuk warna biru karena iod masuk ke dalam kumparan molekul pati. Senyawa ini hanya stabil dalam larutan dingin. Pada pemanasan, warna biru akan hilang karena molekul pati meregang, sehingga iod lepas dari kumparan pati, tetapi akan kembali menjadi biru bila didinginkan. Amilosa akan memberikan warna yang lebih biru dibandingkan dengan amilopektin.
        Pada percobaan I, larutan pati yang diambil didekantasi dari endapannya. Endapan ini terbentuk ketika larutan tersebut didiamkan beberapa saat. Lalu antara endapan dan cairan yang telah dipisahkan tersebut, masing-masing diberi 5 tetes Iodium cair. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, endapan yang diberi Iodium cair mengalami perubahan warna menjadi biru tua. Hal ini menunjukkan bahwa endapan pati telah bereaksi dengan iod dan kemudian iod ini masuk ke dalam kumparan molekul pati. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, cairan (yang berasal dari pemisahan antara endapan pati dan cairannya) tersebut ketika direaksikan dengan Iodium cair, tidak menghasilkan perubahan. Hal ini diperkirakan bahwa kandungan pati yang terdapat dalam cairan tersebut telah berurang atau bahkan telah hilang.
        Pada percobaan II, berdasarkan percobaan dan hasil pengamatan di atas, larutan pati 1% + HCl 32% menghasilkan warna biru tua, ketika dipanaskan warna biru larutan menghilang hal ini dikarenakan molekul pati yang terdapat pada sampel larutan tersebut meregang, namun ketika sampel larutan tersebut diuji dengan Iodium cair, warna biru terbentuk kembali, hal ini berarti iod masuk ke dalam kumparan molekul pati, namun ketika proses pemanasan dilanjutkan beberapa lama, warna biru yang dihasilkan ketika bereaksi dengan Iodium cair lambat laun menghilang, ini berarti bahwa molekul pati meregang kembali. Setelah warna biru tidak berbentuk lagi, sampel larutan dinetralkan dengan NaOH 10% dengan bantuan kertas lakmus. Kemudian 2ml reagen benedict + 4 tetes sampel dipanaskan di penangas air. Reaksi ini menghasilkan perubahan warna dari biru menjadi hijau tosca dan terbentuk endapan berwarna merah bata. Larutan benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Uji benedict dilakukan pada suasana basa yang menyebabkan terjadinya transformasi isomeric. Pada suasana basa, reduksi ion Cu2+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan merah bata. Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan di atas dapat dibuktikan bahwa pati mengandung glukosa.
        Pada percobaan III, pada tabung I yaitu larutan pati + 20 tetes Iodin menghasilkan warna larutan menjadi violet, namun setelah dipanaskan, larutan menjadi tidak berwarna. Hal ini berarti molekul pati meregang dan setelah didinginkan, senyawa yang terdapat pada sampel akan stabil dan warna biru pun muncul kembali. Pada tabung II yaitu larutan pati + 10 tetes Iodin menghasilkan warna larutan menjadi biru tua, kemudian ketika ditambhakan dengan 5 tetes Na2S2O3, warna biru menghilang dan setelah didiamkan beberapa lama warna biru pun tetap tidak muncul kembali. Hal ini dikarenakan ion Na+ mengikat iodium tersebut sehingga iod tidak masuk kembali ke dalam kumparan molekul pati.

     
    KESIMPULAN
        Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
    1. Untuk menguji karakteristik dari pati dapat melakukan uji iod dan uji benedict
    2. Uji benedict dapat digunakan pula untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada makanan
    3. Uji biuret dapat digunakan untuk mengetahui kandungan protein pada makanan
    4. Uji biuret juga dapat digunakan untuk menentukan banyak atau tidaknya jumlah ikatan peptide yang ada dalam protein
    5. Kandungan vitamin pada makanan dapat diuji dengan larutan FeCl3 1%, CuSO4 2%, dan NaOH 3N.

     
    DAFTAR PUSTAKA
    Bintang, Maria.2010.Biokimia Teknik Penelitian.Jakarta:Erlangga
    Lehninger, Albert L.1982.Dasar-dasar Biokimia jilid 1.Jakarta:Erlangga
    Linder, Maria C.1992.Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis.Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia