Jumat, 20 Juli 2012

Laporan Praktikum Laju Reaksi


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 

Laju Reaksi
7 April 2012

Disusun oleh:
MAR'ATUS SHOLEHAH LIDDINI
NIM: 1111016200028

 

Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
    NIM: 1111016200021
  2. Anisa Saida
    NIM: 1111016200018

     

     
    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
    JAKARTA
    2012

     

     
    JUDUL PERCOBAAN
    Laju reaksi.

     
    TUJUAN PERCOBAAN
    Mengamati factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

     
    LANDASAN TEORI
        Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (Oxtoby:2001).
        Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Satuan yang umum adalah mol/dm-3-i . Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dan dapat dinyatakan sebagai
    Laju = k f (C1, C2, …., Ci)
        Di mana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepaan, C1, C2, … adalah konsentrasi dari reaktan-reakan dan produk-produk (Dogra:1990).
        Laju reaksi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus seiring dengan perubahan konsentrasi (Chang:2005).
    Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:
  3. Konsentrasi
    Kecepatan reaksi bergantung pada banyak factor. Konsentrasi reaktan memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat rekasi tertentu. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
  4. Suhu
    Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehinga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori tumbukan, reaksi terjadi bila molekul bertumbukan dengan energy yang cukup besar, disebut energy aktivasi. Untuk memutus ikatan dan mengawali reaksi, konsatanta laju dan energy aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius.
    k = Ae-Ea/RT

     
    keterangan:        Ea    = energy aktivasi
                T    = suhu mutlak
                A    = frekuensi tumbukan

     
  5. Luas Permukaan
    Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan.
        Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.
  6. Katalis
    Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalamn reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada.
    Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan (Oxtoby:2001).

     
    No
    Bahan
    Jumlah
    1
    HCl 0.5M, 1M, 2M, 3M
    @ 5 ml
    2
    Pita magnesium
    4 potong
    3
    Na2S2O3 0.1M
    25 ml
    4
    HCl 0.1M
    25 ml
    5
    HCl 2M
    5 ml
    6
    Batu pualam
    1 g
    7
    Bubuk batu pualam
    1 g
    8
    H2O2
    5 ml
    9
    NaCl 0.1M
    4 tetes
    10
    FeCl3 0.1M
    4 tetes
    ALAT DAN BAHAN
    No
    Alat
    Jumlah
    1
    Rak tabung reaksi
    1
    2
    Tabung reaksi
    6
    3
    Kertas
    1
    4
    Gelas beaker 100 ml
    1
    5
    Gelas beaker 50 ml
    1
    6
    Kawat kasa
    1
    7
    Kaki tiga
    1
    8
    Pembakar spiritus
    1
    9
    Statif
    1
    10
    Termometer alkohol
    1
    11
    Korek api
    1
    12
    Penjepit tabung reaksi
    1
    13
    Neraca o'hauss
    1
    14
    Kaca arloji
    1
    15
    Lumpang dan alu
    1
    16
    Pipet tetes
    1
    17
    Botol semprot
    1
    18
    Spatula
    1
    19
    Stopwatch
    1

     

     


     

    HASIL PENGAMATAN
  7. Mengamati pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
    No
    Reaksi
    Waktu
    Hasil Pengamatan
    1
    Pita Mg + HCl 0.5M 1 ml
    1 jam 59 menit
    • Terdapat gelembung gas
    • Sedikit gelembung
    2
    Pita Mg + HCl 1M 1 ml
    26 menit
    • Terdapat gelembung gas
    • Terasa hangat
    • Pita Mg tidak habis akan tetapi sudah tidak bereaksi lagi
    3
    Pita Mg + HCl 2M 1 ml
    26 menit 30 detik
    • Terdapat gelembung gas
    • Terasa sedikit panas
    4
    Pita Mg + HCl 3M 1 ml
    1 menit 1 detik
    • Terdapat gelembung-gelembung
    • Terasa panas

     
  8. Mengamati pengaruh suhu pada laju reaksi
    No
    HCl 0.1M
    Na2S2O3 0.1M
    T(0C)
    Waktu
    Hasil Pengamatan
    1
    25 ml
    25 ml
    30
    4 menit 8 detik
    Huruf X pada kertas makin lama makin memudar dan kemudian menghilang
    2
    25 ml
    25 ml
    40
    37 detik
    Larutan berwarna putih pudar
    3
    25 ml
    25 ml
    50
    27 detik
    Larutan berwarna putih susu
    4
    25 ml
    25 ml
    60
    24 detik
    Larutan berwarna putih susu pekat

     
  9. Mengamati pengaruh luas permukaan pada laju reaksi
    No
    Reaksi
    Waktu
    Hasil Pengamatan
    1
    5 ml HCl 2M + batu pualam
    12 menit 50 detik
    Berwarna coklat
    2
    5 ml HCl 2M + bubuk batu pualam
    2 menit 3 detik
    Berwarna keruh

     

    PEMBAHASAN
        Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaiman laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen (Oxtoby:2001).
        Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu. Di mana seiring dengan berjalannya produk, konsentrasi reaktan akan berkurang sedangkan produk akan bertambah. Pada percobaan kali ini akan dibahas mengenai factor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi, diantaranya yaitu:
  10. Konsentrasi
    Kecepatan reaksi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi. Hal ini dikarenakan banyaknya partikel akan memungkinkan lebih banyak tumbukan. Pada percobaan kali ini, potongan pita Mg akan diberikan perlakuan yang berbeda (pemberian konsentrasi yang berbeda) yakni HCl 0.5M, 1M, 2M, dan 3M. berdasarkan percobaan di atas, dapat diamati bahwa laju reaksi pada pita Mg yang bereaksi dengan HCl 3M lebih cepat dibandingkan dengan pita Mg yang bereaksi dengan HCl 0.5M, 1M, dan 2M. Hal ini disebabkan karena pemberian konsentrasi yang besar akan menimbulkan banyaknya partikel yang bertumbukan, di mana tumbukan ini akan mempengaruhi mekanisme suatu reaksi. Semakin banyak partikel-partikel yang bertumbukan, maka laju reaksi akan semakin cepat.
  11. Suhu
    Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Hal ini dapat dibuktikan juga berdasarkan rumus
    Ek = nKT
    Berdasarkan rumus di atas dapat diketahui bahwa energy kinetic berbanding lurus dengan suhu. Sehingga apabila suhu ditingkatkan, energy kinetic dari suatu partikel juga akan meningkat.
    Dalam percobaan kali ini, pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat dilihat dari reaksi antara Na2S2O3 dengan suhu yang berbeda dan HCl. Warna putih yang dihasilkan dari reaksi keduanya berasal dari sifat fisik Na2S2O3 yang berwarna putih. Di mana warna yang dihasilkan tersebut dapat membantu menentukan atau mencatat waktu yang dibutuhkan keduanya untuk dapat menutupi huruf X yang terletak di bawah gelas beaker. Berdasarkan percobaan di atas, terbukti bahwa Na2S2O3 dengan suhu 600C memiliki waktu yang lebih cepat untuk dapat bereaksi dengan HCl dibandingkan dengan Na2S2O3 bersuhu 300C, 400C, dan 500C.
  12. Luas Permukaan
    Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan.
    Berdasarkan percobaan di atas, bubuk batu pualam memiliki luas permukaan yang lebih luas daripada serpihan batu pualam. Semakin luas permukaan zat semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat. Hal inilah yang menyebabkan bubuk batu pualam bereaksi lebih cepat dengan HCl 2M.
  13. Katalis
    Berdasarkan percobaan di atas, pemberian 4 tetes NaCl 0.1M pada 5 ml H2O2 menyebabkan warna H2O2 berubah, dari warna awalnya agak keruh menjadi lebih bening. Begitu juga terhadap pemberian 4 tetes FeCl3 0.1M pada 5 ml H2O2, warna H2O2 berubah menjadi kuning pucat.
    Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Namun, katalis ini sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Sehingga banyak upaya untuk menemukan katalisis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan.

     
    KESIMPULAN
    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
    1. Konsentrasi yang besar dapat mempercepat suatu reaksi
    2. Suhu yang tinggi dapat membuat suatu reaksi semakin cepat
    3. Luas permukaan dapat mempengaruhi laju dari suatu reaksi
    4. Pemberian katalis dapat mempercepat reaksi tanpa mengalami perubahan kimia yang permanen.

     
    DAFTAR PUSTAKA
    Chang, Raymond.2005.Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi ketiga jilid 2.Jakarta: Erlangga
    Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
    Oxtoby, dkk.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat jilid 1.Jakarta: Erlangga
    Laju_reaksi_XI_KD_3_1_rev_16_09_20080.ppt        6/4/2012
    Pengertianlajureaksi_EtnaRufiati_10867.pdf            6/4/2012
    Kinetika_kimia_reaksi_elementer_normal_bab_1.pdf    6/4/2012

Kamis, 19 Juli 2012

Laporan Praktikum Ekstraksi


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR 2

 

 

 
Pemisahan Campuran melalui Proses Ekstraksi
31 Maret 2012

 
Disusun oleh:
MAR'ATUS SHOLEHAH LIDDINI
NIM: 1111016200028

 

 
Kelompok 11:
  1. Rabil Alwi Darmawan
    NIM: 1111016200021
  2. Anisa Saida
    NIM: 1111016200018

     

     
    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
    JAKARTA
    2012

     

     
    JUDUL PERCOBAAN
    Proses pemisahan campuran melalui proses ekstraksi.

     
    TUJUAN PERCOBAAN
    Memisahkan campuran melalui proses ekstraksi antara zat cair dengan zat cair lainnya.

     
    LANDASAN TEORI
        Bila suatu cairan larut dalam cairan lainnya, dapat kita bayangkan bahwa molekul-molekul dari solven akan saling menjauh untuk memberi tempat pada molekul-molekul solute yang akan masuk ke larutan, molekul-molekulnya akan memisah agar dapat menempati ruang dalam campuran. Karena adanya gaya tarik antara molekul-molekul baik dari solute maupun solven proses pemisahan dari molekul-molekul tersebut memerlukan tambahan yaitu memerlukan tambahan energy – yaitu harus dilakukan usaha baik pada solute dan solven untuk memisahkan masing-masing molekulnya. Akhirnya ketika solute dan solven yang molekul-molekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energy akan dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul-molekul solute dan solven (Brady, James E: 1999).
        Untuk memisahkan suatu cairan larut dalam cairan lainnya, dapat dilakukan dengan menggunakan metode pemisahan campuran melalui proses ekstraksi. Ekstraksi adalah pengambilan atau pemisahan suatu campuran dengan memberi pelarut yang sesuai sehingga zat lain tidak ikut larut (S, Syukri:1999).
        Dalam suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut dan semua zat-zat pengganggu dalam pelarut yang lain. Transfer semua – atau sama sekali – semacam itu dari satu ke lain pelarut adalah langka, dan lebih boleh jadi bahwa kita menjumpai campuran zat-zat yang hanya berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk beralih dari satu ke lain pelarut. Jadi, satu transfer tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih (R.A.Day, JR & A.L.Underwood:1999).
        Satu jenis kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan pembagian suatu spesies terlarut antara dua fasa pelarut yang tidak tercampur. Kesetimbangan semacam ini digunakan dalam banyak proses pemisahan dalam penelitian kimia maupun industry. Misalkan, terdapat dua larutan yang tak tercampur, larutan-larutan ini terpisah menjadi dua fasa dengan zat cair yang kerapatannya lebih rendah barada di bagian atas larutan satunya (Oxtoby, dkk:2001).
    ALAT DAN BAHAN
    Alat
    Jumlah
    Corong pisah
    1
    Statif
    1
    Klem
    1
    Gelas beaker 250 ml
    1
    Pipet volume
    1
    Pipet tetes
    1
    Bulb
    1
    Gelas ukur 100 ml
    Corong
    1
    Labu erlenmeyer
    1

     
    Bahan
    Jumlah
    I2
    20 ml
    CHCl3
    30 ml

    PEMBAHASAN
        Sifat-sifat zat dalam larutan air diantaranya yaitu terdapat zat yang larut, sedikit larut, dan tak larut. Bila suatu cairan larut dalam cairan lainnya, dapat kita bayangkan bahwa molekul-molekul dari solven akan saling menjauh untuk memberi tempat pada molekul-molekul solute. Demikian juga molekul solute yang akan masuk ke larutan, molekul-molekulnya akan memisah agar dapat menempati ruang dalam campuran (Brady, James E:1999).
        Berdasarkan pernyataan di atas, molekul-molekul solven dalam percobaan kali ini yaitu CHCl3 akan saling menjauh untuk memberi tempat pada molekul-molekul solute I2 yang terlarut di dalam air sehingga molekul-molekulnya akan memisah agar dapat menempati ruang dalam campuran.
        Percobaan kali ini bertujuan untuk memperoleh iodine yang larut dalam air dengan cara mengekstraksinya dengan CHCl3. Dalam suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut dan semua zat-zat pengganggu dalam pelarut yang lain. Namun terkadang, kita menjumpai campuran zat-zat yang hanya berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk beralih dari satu ke lain pelarut. Oleh karena itu, satu transfer tidaklah cukup untuk menimbulkan pemisahan yang bersih (R.A.Day, JR & A.L.Underwood:1999).
        Pada percobaan kali ini, dilakukan 2 kali tahap penambahan CHCl3 ke dalam larutan I2. Pada tahap penambahan CHCl3 yang kedua ini, bertujuan mendapatkan iodine yang diperkirakan masih bercampur di dalam larutan berair setelah ekstraksi pertama dilakukan. Hal ini dilakukan agar proses pemisahan yang bersih dapat tercapai.
        Karena adanya gaya tarik antara molekul-molekul baik dari solute maupun solven, proses pemisahan dari molekul-molekul tersebut memerlukan tambahan yaitu memerlukan tambahan energy – yaitu harus dilakukan usaha baik pada solute dan solven untuk memisahkan masing-masing molekulnya. Akhirnya ketika solute dan solven yang molekul-molekulnya dalam keadaan terpisah disatukan, energy akan dilepaskan karena adanya gaya tarik antara molekul-molekul solute dan solven (Brady, James E:1999).
        Energy yang dihasilkan ketika molekul-molekul di dalam corong pisah disatukan (dikocok), akan menimbulkan tekanan. Apabiula tekanan di dalam corong pisah ini berlebih, maka akan mempengaruhi hasil ekdtraksinya. Di mana tekanan uap yang berlebih ini akan ikut mengalir keluar bersamaan dengan hasil ekstraksi (Amiruddin, Achmad:1965).
        Teknik pengocokan jangan terlalu keras, sekadar membolak-balikan corong pisah beberapa kali untuk menghasilkan pemisahan yang diinginkan. Ketika proses pengocokan, diselingi dengan membuka keran corong pisah agar gas yang terbentuk pada saat pengocokan bisa keluar.
        Setelah dikocok, lalu didiamkan beberpa menit. Terdapat dua lapisan, lapisan atas merupakan iodine yang berada dalam pelarut air dengan perubahan warna menjadi putih susu, sedangkan pada lapisan bawah merupakan iodine yang berada dalam pelarut organic (CHCl3) dengan perubahan warna menjadi merah muda. Pelarut air berada di atas dikarenakan massa jenis air lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis kloroform.
        Prinsip percobaan kali ini didasari oleh hukum Distribusi Nerst yaitu zat terlarut akan terbagi dua pelarut yang tidak saling bercampur sehingga dalam keadaan setimbang, perbandingan kedua zat akan konstan dalam temperature dan tekanan yang konstan juga.
        Ekstraksi kali ini menggunakan dua jenis pelarut yaitu pelarut air dan pelarut organic (CHCl3). Dari perubahan warna kloroform, dapat diketahui bahwa terjadi distribusi iod. Dalam hal ini iod lebih banyak terdistribusi pada kloroform dibandingkan pada air. Hal ini dikarenakan kloroform bersifat polar. Tapi pada air juga ada yang terdistribusi sehingga pada air juga terdapat iod.
        Pada percobaan kali ini, terdapat selisih pada volume CHCl3 yakni antara volume CHCl3 sebelum ekstraksi dengan sesudah ekstraksi. Hal ini disebabkan karena sifat dari CHCl3 yang mudah menguap. Jadi, sebagian CHCl3 telah menguap di dalam corong pisah sehingga menimbulkan adanya gas pada proses ini.
        Pada percobaan kali ini juga, terjadi kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. Yaitu hasil ekstraksi yang kami dapat masih didapati gelembung-gelembung udara yang diduga akibat gas yang dihasilkan oleh CHCl3. Kami menduga bahwa gelembung-gelembung udara yang terdapat pada hasil ekstraksi kali ini belum berkurang sepenuhnya ketika keran corong pisah dibuka, sehingga gelembung-gelembung udara tersebut ikut mengalir keluar saat pengambilan hasil ekstraksi.

    KESIMPULAN
    Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa:
  3. Iodine dapat larut dalam pelarut air dan pelarut organic (CHCl3)
  4. Proses pemisahan campuran yang terdiri dari zat cair-cair dapat digunakan dengan metode ekstraksi ini.
  5. Proses ekstraksi ini tidak hanya cukup dilakukan sekali saja agar proses pemisahan yang diinginkan dapat tercapai.

    DAFTAR PUSTAKA
    Amiruddin, Achmad.1965.Kimia inti & radio kimia.Bandung: Jajasan Karjawan Kimia
    Brady, James E.1999.Kimia untuk Universitas Asas dan Struktur.Jakarta: Binaupa Aksara
    Oxtoby, dkk.2001.Kimia Modern edisi keempat jilid 1.Jakarta: Erlangga
    S, Syukri.1999.Kimia Muda 2.Bandung: ITB

     
    http://ekstraksi/PENENTUANKOEFISIENDISTRIBUSI<<Arhintan271'sblog.htm                                     2/4/2012
    http://ekstraksi/praktikumorganik1<<Widastra'sBlog.htm         2/4/2012